
Tanggal: 5 Juli 2025
Jakarta — Aktor papan atas Indonesia, Reza Rahadian, kembali memerankan tokoh Presiden ke-3 Republik Indonesia, BJ Habibie, dalam proyek film biopik lanjutan berjudul “Habibie: 99 Hari dalam Badai” yang diproduksi oleh MD Pictures dan dijadwalkan tayang akhir tahun 2025. Film ini merupakan sekuel dari film ikonik “Habibie & Ainun” (2012) dan “Habibie & Ainun 3” (2019), namun dengan fokus lebih politis dan emosional, mengangkat masa kepemimpinan Habibie selama transisi paling genting dalam sejarah Indonesia: Reformasi 1998.
Reuni Emosional dan Tantangan Baru
Dalam wawancara eksklusif, Reza Rahadian menyatakan bahwa peran ini adalah puncak tanggung jawab artistik dan historis yang paling berat sepanjang kariernya.
“Habibie di film ini bukan hanya seorang suami penuh cinta seperti sebelumnya, tapi juga pemimpin dalam tekanan, penanggung beban bangsa, dan manusia yang terombang-ambing antara sains, politik, dan spiritualitas,” ujar Reza.
Film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo, yang juga pernah menggarap film sejarah seperti Kartini dan Soekarno. Ia menjelaskan bahwa film ini akan menampilkan sudut pandang naratif dari “kursi kepresidenan dan meja makan keluarga.”
“Kami ingin memperlihatkan konflik batin Pak Habibie saat harus mengambil keputusan penting, seperti membebaskan tahanan politik, membubarkan dwifungsi ABRI, dan menghadapi demonstrasi mahasiswa — sembari tetap berduka atas kepergian Ainun.”
Pemeran Baru dan Produksi Skala Besar
Film ini turut dibintangi oleh:
-
Putri Ayudya sebagai Ibu Ainun muda dalam adegan kilas balik
-
Lukman Sardi sebagai Letjen TNI dan penasihat istana
-
Chicco Jerikho sebagai aktivis mahasiswa
-
Ayushita sebagai wartawan reformasi
Proses syuting dilakukan di Istana Merdeka (rekonstruksi set), Bandung, Yogyakarta, dan Wuppertal (Jerman), dengan lebih dari 600 figuran, termasuk adegan demonstrasi besar-besaran Mei 1998 yang difilmkan dengan kamera IMAX digital format.
Tim riset sejarah juga menggandeng LIPI, sejarawan UI, dan keluarga Habibie sendiri untuk memastikan akurasi setiap adegan.
Kisah Politik dan Kemanusiaan
Alur cerita film akan berfokus pada:
-
Krisis ekonomi dan pengunduran diri Soeharto
-
Keputusan Habibie membebaskan media dan tahanan politik
-
Isu referendum Timor Timur
-
Hubungan dengan militer dan tekanan internasional
-
Konflik batin Habibie dalam 99 hari pertama masa jabatan
Namun film ini juga menyentuh sisi personal: kerinduan Habibie akan Ainun, dialog batin di ruang kerja, dan surat-surat yang tak pernah dikirim.
Antisipasi dan Harapan Penonton
Warganet menyambut film ini dengan antusias:
-
“Reza + Hanung = masterpiece lagi.”
-
“Semoga anak muda nonton ini biar tahu sejarah tak hanya di buku.”
-
“Indonesia butuh pemimpin berhati seperti Habibie.”
Film ini juga direncanakan menjadi bagian dari edukasi sejarah alternatif di sekolah-sekolah lewat program kerja sama dengan Kemendikbud, termasuk diskusi film dan modul pembelajaran berbasis sinema.
Kesimpulan:
“Habibie: 99 Hari dalam Badai” bukan hanya film biopik — tapi refleksi atas sejarah, moralitas, dan nilai kepemimpinan yang penuh empati dan keberanian. Melalui akting brilian Reza Rahadian dan pendekatan sinematik yang mendalam, film ini diharapkan menjadi warisan penting dalam sinema Indonesia dan pengingat bahwa pemimpin hebat bukan hanya soal kuasa, tapi soal kemanusiaan.