Sebuah video viral dari Inggris mengejutkan netizen global ketika sekelompok warga muda menggelar pesta silent disco di area pemakaman tua di East Sussex. Dalam video berdurasi 48 detik yang diunggah di TikTok oleh akun @hauntingsquad, tampak sekitar 20 orang memakai headphone dan berdansa dengan riang di antara batu nisan sambil mengenakan pakaian tematik gothic.
Fenomena ini langsung menuai berbagai reaksi tajam di media sosial. Ada yang memuji kreativitas dan keberanian mereka dalam “menghidupkan kembali tempat mati”, namun banyak pula yang mengecam tindakan tersebut sebagai tidak menghormati tempat peristirahatan terakhir.
Tujuan Awal: Menghormati Lewat Musik?
Kelompok tersebut mengaku acara ini adalah bagian dari proyek seni yang disebut Echoes of Silence, bertujuan menghubungkan generasi muda dengan sejarah lokal melalui ekspresi musik modern. Penyelenggara, Olivia Hart (27), mengatakan kepada BBC, “Kami bukan ingin merusak kesakralan. Justru kami ingin menunjukkan bahwa tempat ini masih hidup dalam kenangan.”
Namun pihak gereja paroki dan masyarakat sekitar menyampaikan kekecewaan. Pastor Richard Collins menyebut kegiatan ini “melukai nilai spiritual dan budaya,” sementara warga lokal menganggapnya sebagai bentuk perusakan nilai tradisi dan sejarah.
Reaksi Netizen Dunia
Hastag #CemeteryDisco sempat trending di Twitter (X) selama lebih dari 12 jam di Inggris dan Irlandia. Banyak netizen luar negeri juga membandingkan peristiwa ini dengan tren serupa di beberapa negara Eropa Timur yang memanfaatkan situs sejarah untuk pertunjukan seni.
Sebagian komentar di TikTok menunjukkan dukungan:
“Ini adalah bentuk seni kontemporer yang keren!” – @artismylife
“Kenapa harus marah? Kan mereka nggak ganggu siapa pun.” – @gothicbeatqueen
Namun banyak pula yang merasa ini melewati batas:
“Ada tempat lain untuk berdansa, bukan di atas makam.” – @historyrespecter
“Bayangkan itu adalah makam nenekmu.” – @britmom87
Apakah Akan Terjadi Lagi?
Pemerintah daerah East Sussex menyatakan sedang menyelidiki apakah acara tersebut memiliki izin atau melanggar peraturan kawasan cagar budaya. Jika terbukti, kelompok ini bisa dikenakan denda atau larangan kegiatan serupa di masa depan.
Polemik ini menghidupkan kembali perdebatan klasik antara batas seni, ruang publik, dan etika sosial. Meski viralitas membawa perhatian internasional, masyarakat kini semakin ditantang untuk mempertimbangkan bagaimana ekspresi kreatif bisa tetap menghormati nilai-nilai lokal dan tempat sakral.